FRANS KAISIEPO
Sumber: WIkipedia
Frans Kaisiepo dilahirkan di Biak, 10 Oktober 1921. Jiwa nasionalismenya tumbuh mekar ketika ia berkenalan dengan Sugoro Atmoprasojo, mantan guru pada Perguruan Taman Siswa, yang diasingkan di Boven Digul akibat kiprah politik nasionalisnya.
Frans Kaisiepo menggagas berdirinya Partai Indonesia Merdeka (PIM) di Biak, setahun setelah Indonesia merdeka. Ia juga menjadi salah seorang anggota delegasi Papua (Nederlands Nieuwe Guinea) pada Konferensi Malino, Sulawesi Selatan, yang diprakarsai Belanda. Konferensi itu membahas perihal pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT). Pada konferensi tersebut ia secara tegas menolak rencana penggabungan Papua ke dalam Negara Indonesia Timur. Menurutnya, Papua adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena penolakan Frans, Negara Indonesia Timur akhirnya hanya beranggotakan Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Ia juga mengganti nama Papua (Nederlands Nieuwe Guinea) menjadi IRIAN yang merupakan singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherlands.
Frans terus bersikap anti Belanda. Ia menggalang kekuatan di Biak guna menentang kehadiran Belanda di sana. Ia juga menolak dengan tegas pengangkatan dirinya menjadi anggota delegasi Belanda pada Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag, Belanda. Sikap keras Frans membuat Belanda kemudian mengasingkannya ke tempat-tempat terpencil.
Berlarut-larutnya masalah Irian Barat menyebabkan Indonesia menempuh jalan konfrontasi. Presiden Sukarno mengomandokan Trikora (Tri Komando Rakyat) untuk membebaskan Irian Barat. Frans berperan besar dalam masalah ini dengan memberikan bantuannya agar TNI bisa mendarat di Irian Barat. Frans yang ditunjuk menjadi gubernur Irian Barat juga berperan besar ketika dilaksanakannya Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) pada tahun 1969. Rakyat Irian Barat bersepakat bulat untuk bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Frans Kaisiepo wafat di Irian Jaya, 10 April 1979. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Irian Jaya. Pemerintah Indonesia mengangkat pejuang Irian Jaya itu sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1993.
0 comments Blogger 0 Facebook
Post a Comment